Cuaca Ekstrem Nelayan Kota Santri Tetap Melaut



WONOKERTO - Produksi perikanan di Kabupaten Pekalongan tahun 2020 berdasarkan data dari kantor Dinas Kelautan,Perikanan dan Peternakan (DKPP) setempat,total sebanyak 13.898 ton.Dengan rincian perikanan budidaya sebanyak 8.516,74 ton dan perikanan tangkap 5.381,26 ton.

Adapun untuk perikanan budidaya dihasilkan dari tambak sebanyak 7.135,43 ton dan dari hasil kolam sebanyak 1.381,31 ton.

Kepala DKPP Kabupaten Pekalongan,Sirhan menuturkan,bahwa saat ini cuaca sedang buruk,namun karena kebanyakan di Kabupaten Pekalongan nelayannya menggunakan kapal kecil sehingga rata-rata nelayan masih melaut.

"Di kabupaten Pekalongan ini, nelayan kita nelayan kecil-kecil. Nelayan yang punya kapal 2-10 JT,yang 10 JT aja jarang. Mereka melakukan penangkapan ikan hanya di sekitar pantai utara pulau Jawa. Tidak seperti nelayan-nelayan besar yang kapalnya di atas 10 - 30 JT. Nelayan-nelayan besar ini kan kalau melaut rata-rata lamanya di atas semingguan. Sedangkan nelayan-nelayan kita ini nelayan kecil, berangkat sore pulang pagi,"ungkapnya.

Menurutnya,Mereka hanya mencari ikan sekadar untuk biaya hidup pada hari itu. Sehari habis, sehari habis. Karena memang tangkapannya sedikit. 

"Kaitannya dengan cuaca, pada saat ini.Mereka tetap melaut, tetapi tangkapannya berkurang.Berkurangnya tidak 100 persen, tetapi paling 30 persen saja. Ini dibuktikan dengan di TPI mereka tetap menjual ikan, melakukan aktivitas lelang seperti biasa,"ujarnya.

Dikatakan,di Kabupaten Pekalongan kebanyakan hanya nelayan kecil sehingga hasil tangkapannya haya dijual di sekitar pekalongan saja.

"Karena memang TPI kecil, khusus untuk nelayan-nelayan yang kecil. Begitu juga hasil tangkapan, produksi, dari  nelayan-nelayan kita itu juga kecil, jadi hasilnya hanya dijual di sekitar Pekalongan saja. Adapun kelebihan stok dan sebagainya, ada juga sih bakul-bakul yang menjual ke Semarang,terutama cumi, udang, dan kepiting yang berkualitas bagus,ukurannya juga agak gede,"katanya.

Disebutkan,cuaca yang buruk dan berkurangnya hasil tangkapan,tidak terlalu berpengaruh terhadap harga jual ikan.

"Kalau harga tidak terlalu berpengaruh. Karena stok ikan kan memang bukan hanya di kabupaten pekalongan, tapi daerah lain juga ada. Harga ikan itu kan relatif stabil dari dulu,nggak naik turun,kalaupun iya paling cuma sedikit,Baik ikan tangkapan laut maupun budidaya,"sebutnya.

Ketika ditanya mengenai jarangnya peternak kepiting,menurut Sirhan,memang sejak adanya rob jarang yang membudidayakan kepiting,karena pengaruh rob ini sangat besar.

"Karena jika mereka budidaya saat rob begini, tambak kita ini kan sekarang setelah ada tanggul, yang bagian Utara itu tergenang rob tergenang banjir,nah yang tinggal di Utara tanggul ini kalau budidaya kepiting, risiko rugi. Karena ruginya itu pada saat mereka melakukan penebaran benih, tiba-tiba rob, kepiting bisa keluar lari. Walaupun itu pakai waring,karena rob nya lebih tinggi dari waring itu, ya otomatis kepiting akan lari.Dulu banyak,sekarang sudah sangat jarang. Cuma ada satu yang masih membudidayakan kepiting,di desa api-api,"tuturnya.

Pihaknya menghimbau agar nelayan berhati-hati ketika sedang melaut karena cuaca sedang extrem.

"Kami juga tetap menghimbau kepada kawan-kawan nelayan, supaya hati-hati ketika melaut saat cuaca begini. Tapi di sekitar pelabuhan di sana ada sahbandar,mereka akan selalu mengingatkan, karena mereka ini yang tau persis tentang keadaan cuaca,"pesannya.

Sementara itu,Penyuluh Pertanian,Juli menuturkan,Untuk di Kecamatan Wonokerto ada dua budidaya kepiting, di desa Api-api dan Semut. 

"Kalau yang Api-api itu kepiting Soka, kepiting ini cangkang lunak. Kalau yang Semut itu hanya budidaya untuk penampungan saja,"ucapnya.

Diakuinya,budidaya kepiting memang sangat jarang.

"Jadi tahun 2020 itu di Wonokerto ada bantuan dari BBAP Jepara,kita lakukan penebaran benih di Wonokerto bersama kelompok Mina sejahtera. Tapi hasilnya kurang maksimal,karena ternyata kepitingnya bisa lari. Jadi kan dia kalau jaringnya gak rapat, apalagi fenomena rob semakin parah, itu dia cenderung lari keluar,jadi gak berhasil,"terangnya.

Yang sukses budidaya kepiting tinggal satu,yakni kepiting soka di Desa Api-Api.

"Kepiting Soka,namanya mas farihun di desa api-api.Kalau kepiting bakau adanya dari tangkapan alam."

Untuk kesulitan budidaya kepiting soka,menurutnya adalah tingkat kematian yang tinggi.

"Tingkat kematiannya tinggi,karena itu kepiting lunak, jadi memang harus ada perlakuan khusus,itu kendalanya. Kalau faktornya mungkin dari segi tambaknya, itu kan cenderung di pesisir, jadi terpengaruh juga oleh fenomena rob,"tandasnya.

Ditambahkan,untuk Konsumtifitas kepiting di Kabupaten Pekalongan cukup rendah,sehingga kepiting lebih banyak dijual ke jakarta.

"Kalau selama ini larinya ke arah Jakarta semua dan ini pasarnya cenderung masih turun, karena covid-19 juga. Nanti Imlek barangkali bisa naik harganya, semoga saja,"pungkasnya.(Ros-Nk)


Tidak ada komentar

Tanggapan Anda Tentang Berita Ini ?

Diberdayakan oleh Blogger.