Krisis Kepemimpinan di KONI Kabupaten Pekalongan, Cabor Ajukan Mosi Tidak Percaya
KFM PEKALONGAN, KAJEN – Dunia olahraga di Kabupaten Pekalongan tengah diguncang krisis kepercayaan. Ketidakharmonisan antara pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Pekalongan, khususnya Ketua KONI, dengan para pengurus cabang olahraga (cabor) berbuntut serius, mosi tidak percaya resmi dilontarkan oleh sejumlah cabor.
Ketegangan ini memuncak dalam audiensi terbuka yang digelar Rabu (4/6/2025) di Gedung Bersama DPRD Kabupaten Pekalongan. Dipimpin Wakil Ketua DPRD Sumar Rosul, forum tersebut dihadiri oleh anggota Komisi A hingga D, pengurus KONI, serta sejumlah pengurus cabor.
Namun, suasana audiensi kembali diwarnai kekecewaan. Untuk kedua kalinya, Ketua KONI Kabupaten Pekalongan, Rindiansyah E, absen dari forum strategis tersebut. Ia dikabarkan sedang bertemu dengan investor luar negeri di luar daerah.
Ketidakhadiran ini menjadi titik tekan kritik yang dilontarkan para pengurus cabor. Kabid Binpres Forki Kabupaten Pekalongan, Budi Suheryanto, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Menurutnya, sejak pelantikan pengurus KONI pada Agustus 2024, komunikasi dan koordinasi praktis terputus setelah pertemuan terakhir pada September.
"Setelah itu ndak ada pertemuan dan komunikasi. Diceluk di grup ya tidak bales, memang tidak harmonis dengan cabor-cabor," tandas Budi.
Lebih jauh, ia menyebut bahwa ketidakhadiran ketua KONI bukan semata-mata soal waktu, namun cerminan dari ketidakmampuan dalam memimpin organisasi olahraga.
“Kita salah pilih ketua KONI, karena pada saat itu hanya langsung pilih satu orang, soalnya masa-masa Pilkada,” katanya.
Budi juga menyoroti lambannya pengajuan anggaran yang berdampak langsung pada kesiapan menghadapi pra kualifikasi Porprov 2025.
“Pengajuan baru dilakukan Februari 2025, padahal seharusnya paling lambat November 2024. Ini menunjukkan ketua KONI tidak memahami prosedur,” tegasnya.
Buntut dari ketidakpuasan itu, sejumlah cabor resmi menyuarakan mosi tidak percaya. Menurut Budi, KONI membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar memahami filosofi olahraga dan siap bekerja untuk kemajuan atlet dan cabang olahraga di daerah.
“Kita lontarkan mosi tidak percaya kepada ketua KONI, karena nunggu lima tahun repot. Ya sudah, kita ganti dengan orang yang mampu dan paham filosofi olahraga,” tegasnya.
Di sisi lain, Ketua Askab PSSI Kabupaten Pekalongan, Andi Susanto, mengambil sikap lebih moderat. Menurutnya, konflik sebaiknya tidak membuat arah pembinaan terganggu.
"Yang penting pikiran kita sehat, Insya Allah ke depan akan ada komunikasi lebih lanjut untuk perbaikan jika ada yang memang perlu diperbaiki," ucapnya.
Ia menambahkan, belum genap satu tahun masa kepengurusan seharusnya menjadi momen evaluasi, bukan vonis akhir.
“Soal nanti beliau mampu atau tidak, belum bisa dijadikan tolak ukur. Contohnya ya di Porprov nanti,” tambah Andi.
Baca juga: Andi Susanto Pimpin Askab PSSI Kabupaten Pekalongan, Targetkan Persekap Kembali ke Kompetisi
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan, Sumar Rosul, menyampaikan bahwa pihaknya mencatat tiga persoalan utama, minimnya persiapan menghadapi pra kualifikasi Porprov, disharmoni antara KONI dan cabor, serta lemahnya sistem pembinaan olahraga.
“Untuk pra kualifikasi Porprov 2025, belum ada budgeting karena KONI tidak mengajukan anggaran. Ini kealpaan yang tak bisa dianggap remeh,” tegasnya.
Ia juga menilai perlunya perbaikan komunikasi dan soliditas internal, baik di level KONI maupun antar cabor.
“Ini harus dinetralisir supaya plong tanpa beban. Jangan sampai beban psikis mengganggu performa atlet dan pelatih dalam turnamen,” ujar Sumar.
Dirinya berharap konflik internal KONI dapat diselesaikan secara musyawarah, dengan mengedepankan kepentingan pembinaan olahraga daerah.
“Saya yakin semua berniat baik. Maka selesaikan secara internal. Jangan sampai ini menghambat kemajuan olahraga di Kabupaten Pekalongan,” tandasnya.
Krisis yang terjadi bukan hanya soal individu, tapi soal kepemimpinan dan tata kelola organisasi. Dengan mosi tidak percaya yang mulai bergulir, nasib ketua KONI Kabupaten Pekalongan ada di ujung tanduk. Namun, harapan akan perbaikan masih terbuka, selama komunikasi dibuka dan semua pihak mau kembali duduk bersama demi satu tujuan, memajukan olahraga Kabupaten Pekalongan.
Komentar Anda